-

Rabu, 20 Januari 2010

kisah dalam al-qur'an

Qashashul Qur’an (Kisah-Kisah Dalam Al-Qur’an)

A. Pendahuluan
Sebagai produk wahyu, kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng umumnya, karena karateristik yang terdapat dalam masing-masing kisah. Fenomena kisah-kisah dalam al-Qur’an yang diyakini kebenarannya sangat erat kaitannya dengan sejarah. Hal ini dapat dilihat bagaimana al-Qur’an secara eksplisit berbicara tentang pentingnya sejarah, sebagaimana tertera dalam QS. Ali Imran (3): 140, “Dan masa kejayaan dan kehancuran itu, Kami pergilirkan di antara manusia”.
Telah diyakini bahwa al-Qur’an berisi petunjuk bagi manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berupa informasi, perintah dan larangan, dan ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-kisah yang mengandung ‘ibrah, yang dikenal dengan istilah “Kisah-kisah dalam al-Qur’an”.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian kisah, tujuan kisah, relevansi kisah dengan sejarah, macam-macam kisah, hikmah pengulangan kisah, Ibrah penggunaan nama dan gelar dalam al-Qur’an, kandungan kisah, serta pertalian kisah dengan hajat hidup manusia.

B. Pembahasan
Pengertian Kisah
Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah, cerita, berita atau keadaan. Sedangkan menurut istilah Qashashul Qur’an ialah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian itu, maka kita dapat berkata, bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam al-Qur’an semuanya cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagaian kaum orientalis bahwa dalam al-Qur’an ada kisah yang tidak cocok dengan fakta sejarah.
Tujuan Kisah-kisah dalam al-Qur’an
Perbedaan antara kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an dengan kisah-kisah lain terletak pada maksud dan tujuan dasar diceritakannya kisah-kisah tersebut. Adapun tujuan kisah dalam al-Qur’an hampir mencakup seluruh tujuan pokok yang merupakan objek utama diturunkannya al-Qur’an. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bukti dan penguat kebenaran wahyu serta risalah.
Adanya kisah-kisah dalam al-Qur’an menunjukkan bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah benar, karena berasal dari suatu sumber yang gaib (Allah). Karena tidaklah mungkin seorang yang Ummiy dapat menceritakan kisah-kisah yang terjadi pada masa lampau.
2. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menjelaskan dasar-dasar syariat yang disampaikan oleh para Nabi.
3. Memantapkan hati Rasulullah SAW dan Umatnya dalam mengamalkan agama Allah dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang pertolongan yang Maha Benar dan rusaknya orang-bathil dan pengikutnya.
4. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang baik.
5. Menarik perhatian para pendengar yang diberikan pelajaran kepada mereka.
6. Mengritik para Ahli Kitab terhadap keterangan-keterangan yang mereka sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad dengan mengubah isi kitab mereka. Karena itu al-Qur’an menantang mereka agar mengemukakan kitab Taurat dan membacanya jika mereka benar, seperti tercantum dalam ayat 93 dari Ali Imran , yang artinya :”Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil (anak cucu atau keturunan Nabi Ya’qub) kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah [(Hai Muhammad) jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum Taurat], maka bawalah Taurat itu (ke sini) lalu bacalah, jika kamu benar”.

Relevansi Kisah dengan Sejarah
Kisah-kisah dalam al-Qur’an tentu saja tidak dapat dianggap semata-mata sebagai dongeng. Apalagi al-Qur’an adalah kitab suci yang berbeda dengan bacaan lainnya. Memang sering timbul perdebatan, apakah kisah kisah tersebut benar-benar memiliki landasan historis atau sebaliknya, sebagai kisah yang ahistoris.
Dalam kaitannya dengan relevansi kisah dengan sejarah, seperti dinyatakan oleh Muhammad Chirzin, paling tidak ada empat poin yang perlu diperhatikan. Pertama, kisah kisah dalam al-Qur’an itu memiliki realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Kedua, kisah-kisah dalam al-Qur’an dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuannya yang asli yaitu tujuan keagamaan yang menyiratkan adanya kebenaran, pelajaran dan peringatan.
Ketiga, al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruhnya baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
Keempat, sebagian kisah dalam al-Qur’an merupakan petikan sejarah yang bukan menyalahi sejarah, karena pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi sangat sedikit untuk mengungkap kisah dalam al-Qur’an dalam kerangka pengetahuan modern.
Macam-Macam Kisah dalam Al-Qur’an
Kisah-kisah dalam al-Qur’an terbagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Kisah-kisah para Nabi, yang di dalamnya memuat tentang dakwah para Rosul kepada kaumnya, mu’jizat-mu’jizat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, situasi para penentang-penentangnya, tempat-tempat dakwah dan perkembangannya serta balasan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berdusta. Seperti kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, ‘Isa, Muhammad dan lainnya dari para Nabi dan Rosul.
2. Kisah-kisah al-Qur’an yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa lampau dan orang-orang yang tidak dijelaskan secara pasti kenabiannya. Seperti kisah Thalut, Jalut, putera-putera Adam, Ashabul Kahfi, Dzul Qarnain, Ashabus Sabti, Maryam, Ashabul Fiil dan lain sebagainya.
3. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada zaman Rosulullah SAW. Sepeti perang Badar, perang Uhud (dalam surat Ali ‘Imran), perang Hunain dan perang Tabuk (dalam surat Attaubah), perang Ahzab (dalam surat al-Ahzab), Hijrah, Isra’ dan lain sebagainya.
Hikmah Pengulangan Kisah
Termasuk salah satu fenomena yang jelas terlihat dari kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an adalah pengulangan satu kisah secara berkali-kali di banyak tempat dalam al-Quran. Tentunya dalam pengulangan tersebut mengandung beberapa hikmah, yang di antaranya :
1. Pengulangan tersebut terjadi karena adanya beberapa tujuan agama yang terdapat dalam satu kisah. Oleh karena itulah, terkadang satu kisah disebutkan pada tempat tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu dan kisah yang sama disebutkan di tempat lain untuk maksud dan tujuan yang lain pula.
2. Menerangkan Kebalaghahan al-Qur’an dalam tingkatan yang tertinggi. Termasuk dari kekhususan balaghah adalah menampakkan satu makna dalam bentuk yang berbeda-beda. Tetapi dari pengulangan kisah tersebut tidak menjadikan bosan bagi manusia.
3. Kuatnya I’jaz. Karena mendatangkan satu makna dalam bentuk yang berbeda-beda, serta lemahnya orang Arab untuk mendatangkan bentu semisalnya, adalah lebih keras dalam penentangan.
4. Akan mendorong umat untuk melakukan penyelidikan tentang kisah-kisah tersebut. Dengan begitu maka akan lahir upaya yang kontinyu demi mencari kebenaran tentang peristiwa yang terjadi. Inilah cikal bakal lahirnya penyelidikan ilmiah (research),yang akan membuat kehidupan makin baik dan modern.


Ibrah Penggunaan Nama dan Gelar dalam Al-Qur’an
Dalam mengungkapkan kisah peristiwa-peristiwa yang sudah dan akan terjadi, al-Qur’an menyebutkan beberapa pelaku atau tokoh dari suatu peristiwa. Terkadang pelaku peristiwa tidak disebutkan secara langsung dalam al-Qur’an, tetapi hanya secara maknawi, terutama kisah-kisah yang pelakunya secara kolektif, maka hanya disebutkan secara simbolis, seperti :kaum ‘Ad, kaum Luth, Bani Israil, kaum Quraisy dan lain sebagainya.
Adapun Ibrah yang dapat diambil manfaatnya dari penggunaan nama dan gelar tokoh adalah kita dapat mencontoh kisah-kisah kehidupan para nabi, orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Dan dengan disebutkannya beberapa tokoh peristiwa sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an , menjadikan kita lebih mudah mengingat kisah-kisah tersebut, selain itu akan memudahkan kita dalam memahami maksud dan tujuan al-Qur’an.
Kandungan Kisah
Kisah-kisah dalam al-Qur’an diungkapkan dalam rangka mendidik umat tentang bagaimana cara hidupsebagai khalifah yang diserahi amanah memakmurkan dan membangun kehidupan yang layak bagi umat manusia di mika bumi ini. Dari itu kisah-kisah tersebut berisi materi antara lain: tauhid, akhlak dan mu’amalah.
Sebagai contoh, misalnya tertera dalam ayat 85 dari al-A’raf yang artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: ‘Hai kaumku! Sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul-betul orang yang beriman”.
Jelas terlihat dalam kisah itu ketiga unsur tadi ( akidah dan ibadah, mu’amalah dan akhlak). Unsur akidah dan ibadah tampak pada seruan Nabi Syu’aib agar umatnya hanya menyembah Allah semata bukan yang lain; sementara unsur muamalah terlihat dari peringatannya agar kaumnya jujur dalam menimbang dan menakar; sedangkan dari segi akhlak mereka dituntut supaya tidak berbuat binasa di mika bumi.

Pertalian Kisah dengan Hajat Hidup Manusia
Seperti yang telah disebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai multifungsi, yaitu berfungsi mengokohkan akidahtauhid; dan sekaligus menentramkan jiwa, serta menetapkan pendirian dalam berjuang; bahkan dapat pula berfungsi sebagai penghibur jiwa dan pelipur lara.
Jika demikian halnya, maka eksistensi kisah dalam al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hajat hidup umat manusia; apalagi sejak dulu sampai sekarang tak ada orang yang tak senang terhadap kisah. Kecuali itu kisah dalm al-Qur’an bukan cerita bohong, atau dongeng, melainkan cerita yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, bukanlah hal yang aneh, bila kisah-kisah dalam al-Qur’an sangat menarik dan cocok dengan kebutuhan hidup umat manusia di muka bumi ini karena yang menurunkannya adala Allah sendiri pencipta manusia.
Selain itu, jika kisah yang dikarang oleh manusia lebih banyak menunjukkan segi hiburan daripada pelajaran, maka kisah-kisah dalam al-Qur’an sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan dan dakwah daripada tujuan-tujuan yang lain. Berdasarkan kenyatan yang demikian, maka terasa sekali kisah-kisah tersebut bertalian sangat erat dengan hajat hidup manusia di muka bumi ini.

C. Penutup
Kisah-kisah dalam al-Qur’an mempunyai multifungsi, selain berisi pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah tauhid; dan sekaligus menentramkan jiwa, serta menetapkan pendirian dalam berjuang; bahkan dapat pula kisah itu berfungsi sebagai penghibur jiwa dan pelipur lara, terutama bila berhadapan dengan tantangan yang keras dari umat dan penolakan mereka.
Selain itu tampak di muka kita bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an betul-betul bertalian dengan kebutuhan hidup umat manusia di dunia ini. Selain itu,jika kisah yang dikarang oleh manusia lebih banyak menunjukkan segi hiburan dari pada pelajaran, maka kisah-kisah dalam al-Qur’an sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan dan dakwah daripada tujuan-tujuan yang lain. Berdasarkan kenyataan yang demikian, maka terasa sekali kisah-kisah tersebut bertalian sangat erat dengan hajat hidup manusia di muka bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadzali dan Ahmad Rofi’i.,Ulumul Qur’an II, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997.

Mannaa’ al-Qaththaan, Mabaahis fii ‘Uluum al-Qur’an, Riyadh, tanpa tahun.

M. Baqir Hakim, Ulumul Quran, Al-huda, Jakarta, 2006.

Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, PT Dana Bhakti Prima Yasa,Yogyakarta, 1998.

Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.