-

Sabtu, 26 Desember 2009

"Allah" dalam persepektif Izutsu

“Allah” (T. Izutsu)
Oleh Cholid Abdullah

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kata “Allah” tidak hanya digunakan oleh orang-orang Islam saja. Tetapi, menurut Izutsu, kata ini sudah dipakai oleh masyarakat Arab jahiliyah, bahkan kelompok Yahudi dan Kristen pra-Islam pun juga menggunakan kata “Allah” ketika menunjukkan Tuhan mereka dalam kitab suci mereka. Hal ini tidak hanya dibuktikan sendiri dengan fakta sejarah, melalui syair-syair dan kitab suci, tetapi al-Qur’an juga mengakuinya.
Selanjutnya, mungkin akan timbul suatu pertanyaan. Apakah konsep Allah merupakan konsep yang sama di semua kalangan ataukah konsep yang sama sekali terputus dengan konsep sebelumnya? Melalui pendekatan makna dasar dan makna relasional, Izutsu berusaha untuk menjelaskan. Menurutnya, memang ada dasar pemahaman yang sama antara Arab pra-Islam dengan al-Qur’an tentang konsep dasar Allah. Akan tetapi, kata “Allah” pada zaman jahiliyah banyak mengandung makna dasar dan mungkin makna ini juga digunakan dalam Islam ketika al-Qur’an mulai menggunakannya.
Faktanya, konsep Allah dalam Islam masuk melalui sistem yang berbeda,yakni konsep Allah pra-Islam. Karena jauh sebelum Islam datang masyarakat Arab pra-Islam sudah menggunakannya. Implikasinya, menurut Izutsu, adalah adanya makna relasional dari makna dasar tersebut, di mana unsur-unsur dari makna relasional ini tidak semua dibenarkan oleh al-Qur’an.
Menurutnya, perkembangan makna relasional tidak boleh dilihat dari satu sudut pandang saja. Untuk itu ia menggunakan empat sudur pandang yang berbeda untuk menelaah empat kasus yang berbeda pula. Pertama, konsep orang-orang Arab murni pra-Islam tentang Allah; kedua, konsep orang Yahudi dan orang Kristen pra-Islam tentang Allah; ketiga, konsep orang-orang pagan Arab yang non-Yahudi dan non-Kristen tentang konsep Allah; dan keempat, konsep orang-orang hanif (kelompok khusus orang-orang jahiliyah) tentang Allah.
Dari keempat sudut pandang tersebut, memang ditemukan adanya kesamaan tentang konsep Allah dengan al-Qur’an. Buktinya, ketika al-Qur’an menggunakan kata “Allah”, orang-orang Arab pra-Islam tidak merasa asing dengan kata tersebut, meskipun terjadi perdebatan serius tentang hakikat Allah itu sendiri. Tetapi, menurut Izutsu, orang-orang Arab pra-Islam gagal merepresentasikan konsep Allah secara logika, sehingga mereka terjebak dalam dualisme maupun politeisme, meskipun faktanya mereka juga telah memahami hakihat Allah, sebagaimana tersirat dalam surat al-Mukminun ayat 84-85. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar